EKT, IPB – Ambon, Spektrum - Sasi menjadi hal istimewa dalam penelitian sosial ekonomi kelautan dan perikanan yang dipayungi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (RI) di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.

Hal ini diungkapkan oleh Yudi Wahyudin, Ketua Tim Peneliti Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir Dan Lautan Institut Pertanian Bogor yang ditemui di sela-sela kegiatan Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Selasa (16/9) di Hotel Amboina, Jalan Kapitan Ulupaha Kecamatan Sirimau  Kota Ambon.

Diakuinya, saat berada di saumlaki Ibukota Maluku Tenggara Barat (MTB) ada keterbatasan lantaran banyak tempat yang harus dikunjungi. “Namun untuk sasi, harus agak lama untuk bisa mendapat izin dari adat setempat. Meskipun makan waktu, tapi hal ini menurut kami malah sangat istimewa. Jadi warna tersendiri bagi Maluku,” katanya.
Wahyudin mengatakan sasi merupakan aturan formal dari Maluku. “Sasi tidak berlaku hanya untuk masyarakat desa tempat berlakunya, tapi juga berlaku untuk semua orang yang datang pada daerah tersebut dimana pemerintah menjadi mediatur supaya sasi yang dilakukan petuanan juga berlaku untuk petuanan yang lain,” katanya.

Dikatakan, sasi sangat berguna buat alam dan masyarakat. “Sasi sangat bermanfaat bagi masyarakat maupun alam karena memberi waktu bagi alam melakukan regenerasi yang kemudian pada waktu sasi dibuka maka masyarakat akan turut merasakan manfaatnya karena hasil alam yang jadi melimpah,”kagumnya katanya kagum.

Menurutnya apapun yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat tujuannya agar bagaimana caranya agar masyarakat itu mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dari sumber daya alam daerahnya. Dengan diberlakukannya sasi pada daerah-daerah di Maluku maka potensi kekayaan kelautan dan perikanan di Maluku akan terus terpelihara bahkan dapat mewujudkan daerah Maluku untuk menjadi LIN. (MG5)